Manchester United bukanlah sebuah klub yang
gemar memecat pelatih, atau demikian
menurut beberapa orang. Sir Alex Ferguson
sudah membentuk segalanya selama 26 tahun
di Old Trafford, namun masa pemerintahannya
yang sukses tampaknya juga telah
mengaburkan kebenaran pada tahun-tahun
sebelumnya, ketika para manajer sering
didepak sejak pertama kali menunjukkan
masalah.
Hanya karena Ferguson yang mendapatkan
waktu berlebih dari jajaran direksi United,
maka hal itu tidak berarti mereka begitu
akomodatif seperti sebelumnya, atau harus
demikian di masa depan.
David Moyes kini berada di ambang akhir.
Setelah kekalahan di Old Trafford pada
pertengahan pekan atas Manchester City,
dengan beberapa fans yang mencela Ferguson
untuk perannya dalam penunjukkan Moyes
sebagai penggantinya, dan yang lainnya
bersorak kepada sang manajer baru di kursi
pelatihnya, maka kini pihak klub secara aktif
mencari alternatif yang lain meski belum
sampai satu tahun pergantian jabatan.
Namun sejarah United yang tidak gemar
memecat pelatih adalah berkah bagi Moyes,
begitukah? Mungkin tidak. Hanya ada dua
manajer sejak era Perang Dunia II yang tidak
mendapatkan pemecatan: Ferguson dan Sir
Matt Busby.
Gol Mark Robins melawan Nottingham Forest
di Piala FA 1989/90 disebut sebagai sebuah
momen yang menyelamatkan karier Ferguson,
namun itu adalah keburuntungan yang
membuatnya terhindar seperti pendahulunya.
Jika hal itu tidak terjadi, maka pria Skotlandia
tersebut sudah keluar dari pekerjaannya
setelah tampil buruk selama satu setengah
musim, meski sejatinya ia sudah diberi waktu
yang dirasa cukup untuk mengembalikan
kejayaan klub setelah pensiunnya Busby.
Contoh yang tepat, dan mungkin yang serupa
dengan Moyes, adalah Wilf McGuiness.
McGuiness kala itu berusia 31 tahun ketika ia
dipromosikan dari perannya sebagai bos tim
cadangan untuk mengambil alih peran Busby
di akhir musim 1968/69, namun setelah finis
di urutan kedelapan di musim pertamanya, ia
pun ditunjukkan jalan keluar pada Desember
di musim keduanya bersama The Red Devils
setelah finis di urutan ke-18 di Divisi Utma.
Busby lantas kembali untuk menyeimbangkan
kapal yang goyah, sebelum Frank O’Farrell
menjadi pria kedua yang mendapatkan
kesempatan untuk membawa klub melangkah
ke depan. Nyatanya, ia tak mampu memenuhi
ekspektasi. Hari-hari terbaik George Best
mendekati akhir, dan pendekatan O’Farrell
menjadi kurang populer dengan para
pemainnya; ia bahkan meminta skuatnya
untuk mengatur jadwal hanya untuk berbicara
dengannya.
Masa kepemimpinannya sejatinya berlangsung
baik, lantaran mendapati keunggulan sepuluh
poin di puncak, tapi The Red Devils hancur
dan akhirnya finis di urutan kedelapan.
Setelah pada awalnya mendapat manfaat dari
keraguan, jajaran direksi United langsung
bertindak cepat dan memecat pelatihnya pada
Desember 1972 menyusul kekalahan 5-0 dari
Crystal Palace, yang mana membuat klub
menghuni urutan kedua terbawah.
Tommy Docherty lantas masuk dan
menyelematkan klub dari degradasi, namun
pada akhir musim George Best dan Denis Law
pindah yang disusul pensiunnya Bobby
Charlton. ‘The Doc’, tanpa ketiga pemain
besar klub, tidak mampu menyelamatkan
United dan mereka terdegradasi pada
1973/74.
Docherty, atas kesempatan dari dewan direksi,
diberi waktu untuk membangun kembali klub
dari divisi dua, dan meraih promosi sebagai
juara. Kala itu, tidak ada kekhawatiran
pemecatan ketika ia membawa klub ke urutan
ketiga dan final Piala FA setahun kemudian.
Namun di tengah badai publisitas menyusul
perselingkuhannya dengan istri fisio United, ia
pun dipecat di bulan Juli.
Dave Sexton, lantas dipandang sebagai
sepasang tangan yang diperlukan setelah era
Docherty. Posisinya terbilang aman selama
klub itu tampil baik, tapi ketika hal-hal
semakin memburuk, ia pun keluar seperti
halnya McGuiness dan O’Farrell.
Setelah pihak klub mengalami kondisi naik
turun, ia pun selamat setelah finis di urutan
kesepuluh di musim pertamanya, dan tidak
berada dalam bahaya berkat sebuah
penampilan di final Piala FA 1979 dan finis di
urutan kedua pada 1980. Namun dengan klub
yang menghuni urutan kedelapan di Divisi
Utama dan pertunjukan suram di ajang
lainnya, Sexton lantas disingkirkan pada April
1981. Ia didepak kurang dari semusim penuh
setelah finis di urutan kedua.
Pihak klub kembali mengubah pendekatan
mereka dan menunjuk Ron Atkinson. Tapi Big
Ron, sama seperti lainnya, mendapat bayang-
bayang pemecatan jika menunjukkan tanda-
tanda masalah. Namun, ia terbebas dari itu
sebagaimana klub yang ia tangani menantang
gelar juara pada 1981/82, dan kemudian
mengamankan Piala FA pada 1983 yang
mana membuat fans United kembali bermimpi.
Musim berikutnya ia membantu mereka ke
puncak klasemen beberapa kali, hanya untuk
finis di urutan keempat, dan pada 1984/85 ia
memenangkan Piala FA lagi, menjadi manajer
tersukses United sejak era Busby.
Namun kesabaran lantas menguap. Pada
1985/86, klub yang ia asuh mampu
memenangi sepuluh partai pertama memasuki
Tahun Baru yang membuat mereka di puncak,
namun kemudian terjatuh dan suporter
menjadi frustrasi dengan kegagalan tim dalam
menunjukkan potensinya.
Hal-hal pun memburuk begitu cepat setelah
ada laporan bahwa Alex Ferguson siap untuk
datang pada musim panas 1986, namun
Atkinson bertahan dan memulai musim
berikutnya. Hanya beberapa bulan berselang,
ia pun ditendang. United terpuruk di urutan
dua terbawah pada 6 November, dan Atkinson
dipecat setelah mendapati beberapa hasil
buruk.
Tapi bagaimana dengan periode empat tahun
Ferguson yang suram, yang mana para
penggemar kini berusaha untuk mencari
alasan yang sama guna mendukung Moyes?
Well, musim pertama Ferguson terlihat sangat
menjanjikan; dia menyelamatkan klub dari
degradasi pada 1986/87 dan kemudian finis
di urutan kedua di musim penuh pertamanya.
Dia lantas berada dalam tekanan menyusul
finis di urutan ke-11 pada 1989, yang sempat
memunculkan banner bertuliskan ‘Three years
of excuses and we're still crap, ta-ra Fergie' di
Old Trafford, dan ia pun pada waktu itu
sangat dekat dengan pemecatan di setengah
jalan pada musim berikutnya.
Namun gol Robins menyelamatkan Ferguson
dari pemecatan di sebuah klub yang telah
mengembangkan kebiasaan mendepak
manajer mereka di tengah tekanan fans dan
hasil yang buruk. Kini, dengan United yang
dipertemukan raksasa Bayern Munich yang
mana menjadi kesempatan mereka meraih
satu-satunya piala pada musim ini, dan
dengan tekanan publik yang ada, di mana titik
balik Moyes akan muncul?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami membutuhkan admin,bantu kamim untuk memperbesar anggota manchunian & manchuniangel.
Komen di bawah dengan menyertakan :
Nama :
E-mail :
Dan kirimkan foto tentang Manchunian atau MU ke Misrani_motri@yahoo.co.id